Latest News

Saturday, February 2, 2019

Manfaat Daun Kelor


Ini obat DBD paling ampuh


Ini obat DBD paling ampuh karena ternyata ini sdh lama dipake TNI/KOPASSUS kalo lg sakit di lapangan/ hutan. Utk reference; Obat DBD, demam berdarah dengue yang paling  top dan ampuh saat ini, dan perlu dimasyarakatkan adalah Daun ULAR, alias Daun UBI JALAR.



Ambil pucuk daun ubi jalar sebanyak porsi ikatan sayuran, rebus dengan seliter air selama lebih dari 5 menit [godok 1 jam juga bisa]. Minum sebagai pengganti air minum, berarti sekitar seliter sehari. Daun UBI JALAR ya bukan daun singkong..!! Makanya saya singkat jadi DAUN ULAR, biar pada inget.

Resep ini sudah saya coba beberapa kali. Ponakan kena DBD, trombosit turun ke 80 ribu, sehari diberi rebusan daun ular, langsung naik diatas 150 ribu.



Beberapa teman juga sudah saya suruh coba, ampuh banget. Temen saya 3 minggu lalu di "vonis" DBD oleh dokter, tanpa lihat hasil labnya, langsung saya kasih daun ular, besoknya test lagi Trombositnya jadi 396 ribu. Gila, maximumnya biasanya 400 ribu. Hebat tenan.



Resep ini dari mana? Dari teman di Philippine, dan sedang populer sekali di sana dan beberapa kali menjadi topik seminar kesehatan di sana. Untuk lebih afdolnya anda googling saja " comote" atau "kamote", begitu bahasa disananya.. supaya yakin,

Simpan / bagikan postingan ini, suatu saat dibutuhkan atau teman anda membutuhkan.

http://www.stuartxchange.org/Kamote.html

Image result for Daun UBI JALAR.
Daun Ubi Jalar Diklaim Ampuh Obati DBD, Benarkah?

Jakarta Pesan berantai yang mengatakan daun ubi jalar sebagai obat demam berdarah dengue (DBD) sudah beredar. Pesan ini banyak beredar di di grup WhatssApp dan media sosial.

Disebutkan dalam pesan berantai itu, daun ubi jalar ampuh mengatasi DBD. Diungkapkan juga daun yang disingkat Ular (Ubi Jalar) ini kerap digunakan tim militer sebagai obat saat sakit di hutan atau tempat terpencil lainnya.

Salah satu cara mendapatkan manfaat daun ubi jalar dengan merebusnya selama lima menit. Air rebusan kemudian diminum seperti pengganti air minum. Dengan cara ini katanya bisa meningkatkan trombosit pasien demam berdarah.

Menurut konsultan dan praktisi herbal, dokter Prapti Utami, pesan berantai ini sudah lama beredar tapi kebenarannya belum diketahui dengan pasti. Belum ada penelitian klinis yang menyebutkan daun ubi jalar bisa meningkatkan trombosit.

"Saya belum eksplorasi jurnal, tapi berdasarkan grup di Facebook yang beranggotakan 12 ribu orang, banyak yang cerita berhasil menaikkan trombosit. Ini berarti manfaatnya baru secara empiris atau uji manfaat," kata Prapti saat dihubungi Health-Liputan6.com, Rabu (5/7/2017).

Meski banyak yang membuktikan usai mengonsumsi daun ubi jalar trombosit naik, tetap perlu ke rumah sakit bila terkena DBD.

"Setelah mendapatkan pengobatan medis boleh-boleh saja diberikan daun ubi jalar. Daun ubi jalar ini sebagai makanan fungsional atau makanan yang bermanfaat bagi kesehatan," pesan Prapti.

Mengenai nutrisi daun ubi jalar sudah disebutkan dalam Jurnal HortScience. Daun berwarna hijau tua ini mengandung vitamin B6 tiga kali lebih banyak dari ubi jalar. Lalu, vitamin C juga lima kali dan riboflavin 10 kali lebih banyak dari ubi jalar.

Selain itu, daun ubi jalar juga mengandung karbohidrat, protein, kalsium dan zat besi. Selain itu juga kaya beta karoten dan lutein yang baik untuk mata.

https://www.liputan6.com/health/read/3012133/daun-ubi-jalar-diklaim-ampuh-obati-dbd-benarkah

Wednesday, January 9, 2019

Hati-hati, Senang Main Gadget Sejak Kecil Disebut Picu Autisme pada Anak



Jakarta - Autisme atau autism spectrum disorder merupakan kelainan neurologis dan perkembangan yang kerap dimulai sejak kecil dan bertahan seumur hidup. Pada autisme, selain faktor keturunan atau genetik, lingkungan juga berperan besar. Misalnya seperti paparan gadget sejak kecil dan makanan yang tidak sehat.

Kepada detikHealth, dr Melly Budhiman, SpKJ, presiden dari Yayasan Autisma Indonesia menjelaskan bahwa otak anak-anak pada usia 0-5 tahun berada dalam periode perkembangan emas atau golden period of development. Melihat fenomena banyaknya orang tua yang memperbolehkan anak-anaknya bermain gadget sejak usia kecil bahkan bayi, dr Melly menyebut bisa memicu autisme pada sang anak.

"Otak anak ketika di atas 5 tahun masih berkembang, namun melambat. Sekarang, yang beratnya itu anak bayi udah dikasih gadget, udah nonton YouTube. Setiap anak itu berkembang harus belajar dari lingkungan. Dia harus meniru lingkungan, harus interaksi dengan lingkungan, tapi kalau dikasih gadget? Jadi terlalu fokus, tidak mau diganggu, nah di situ perkembangan dia jadi berhenti," terangnya saat ditemui di sela konferensi pers ASEAN Autism Games 2018, Jumat (19/10/2018).

dr Melly menyebut orang tua tersebut sebagai dua mata pisau. Ia menceritakan pernah menanyai seorang ibu yang memberikan gadget pada anaknya yang masih berusia belum genap setahun, dengan alasan tanpa pengasuh sehingga gadget membantunya bisa bekerja dan anak menjadi tenang. Atau ada juga seorang ibu yang memberikan gadget agar anaknya mau makan, namun malah jadi kebablasan hingga ia besar.

Faktor lingkungan selain gadget, adalah pemberian makanan yang tidak sehat. Makanan yang banyak mengandung zat-zat kimia seperti vetsin, pewarna, 
perasa, pengawet dan esens dapat menjadi racun bagi otak. Kemudian lingkungan yang semakin kotor, seperti misalnya laut menjadi buangan limbah memgandung merkuri yang akhirnya mencemari ikan yang bisa jadi akan menjadi makanan anak-anak.

"Jadi anak kecil udah dijejelin kimia yang sebenarnya racun otak. Merkuri adalah racun otak nomer satu di dunia. dunia ini makin kotor juga," imbuh dia.

Ia mencatat, bahwa hanya anak-anak yang memang telah memiliki kelemahan genetik yang dapat terpicu autisme lebih cepat. Oleh karena itu penting bagi para orang tua untuk teredukasi dan peka apabila sang anak menunjukkan gejala-gejala autisme.

Pada bayi, biasanya ditunjukkan lewat tidak adanya tatap mata. Di usia dua bulan bayi sudah mulai mampu menatap mata ibunya dan tersenyum, sementara pada bayi dengan autisme justru matanya 'jelalatan' atau tidak fokus. Lalu tidak merespon apabila diajak bergurau dan mengobrol, ekspresi wajah kurang hidup. Jika sudah besar, umumnya akan menjadi hiperaktif, susah diajak mengobrol dan cenderung menentang.

Akan tetapi di sisi lain, dr Melly juga mengungkapkan rasa senang karena masih cukup banyak orang tua yang lekas memeriksakan anaknya yang menunjukkan gejala-gejala autisme. Hal ini tentu bisa berdampak besar bahkan bisa menarik kemungkinan anak tersebut akan tumbuh autis apabila telah diterapi sejak sangat dini.

"Ada satu setengah tahun anaknya sudah dibawa untuk diperiksakan. Saya paling seneng, berarti ortunya sudah aware dengan gejala gejala autisme," katanya.

Tahun ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah bagi ASEAN Autism Games 2018. Dalam perhelatan ini nyaris 200 penyandang autisme dari negara-negara di Asia Tenggara akan bertanding dalam lomba olahraga lari, renang, dan permainan-permainan tradisional Indonesia. 

"Supaya masyarakat itu melihat kalau anak anak ini diberi kesempatan, diterima, diberi support, mereka itu bisa. (Penyandang autisme) memang proses berpikirnya berbeda, cara mengemukakan emosi juga berbeda. Kebanyakan mereka juga tidak bisa mengekspresikan pikirannya. Tapi mereka itu sama," tandas dr Melly.

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4265978/hati-hati-senang-main-gadget-sejak-kecil-disebut-picu-autisme-pada-anak